Jason Martinsen, animator sekaligus mentor di sekolah animasi online, Animationmentor, menuliskan mengenai beberapa skill sets yang diperlukan untuk animator pada tingkatan posisi pekerjaan yang berbeda. Berikut tulisannya yang diambil dari blog animation mentor:
The skill sets an animator needs for video games, special effects, and feature film studios differ greatly.
In film, junior animators need to be able to suck up knowledge like a sponge and be willing to work on background characters and reaction shots without feeling upset that they are not working on more challenging shots. Patience is the key. With time, all animators at a studio will get the chance to work on longer, more challenging shots.
Special effects animation is similar, but it is easier to be typecast into doing less character-driven shots and more creature or object animation. That is fine, but if you want to try other things, I encourage doing challenging physical and acting tests with the rigs provided and showing them to your supervisors for feedback. This may allow you to move on to different types of shots. Just asking for something isn’t always enough. You have to show you want it, and prove you can handle it.
In games, the same is true. Do a test to show what you are capable of. Being productive and showing constant improvement will quickly turn a junior animator into an animator or senior animator at a game studio. Being able to work and make changes quickly is more paramount in games than at a feature film studio.
For all animators, the same rules apply. You still need to be humble about your shots and listen to advice in order to improve. It is often at this level where many animators find they have a certain skill that makes them better at some things than others. Some are strong with subtle acting, others with physical weight, others with more cartoony movement. Some animators find that they are great with birds, monsters, four legged creatures, females, or heavy characters. Certain people have a feel for certain things. It’s good to know who has what strengths. When you are assigned a shot that someone you know would be great at, ask them for advice!
Senior animators have to have confidence in their ability to do all kinds of animation at a high level consistently. Leads and supervisors have to have this same confidence, along with the ability to communicate well with the crew and director. Their job is to help get the strongest performance out of everyone, keep morale high, keep the quality high, and be clear and honest about how a shot is working. They need to understand and visualize multiple ways that a shot can change to improve, and understand how to translate the often cryptic and difficult notes from a director to the animators.
Rabu, 04 Januari 2012
Timing untuk film seri televisi
Dengan alasan penghematan, film-film seri animasi televisi dibuat sesederhana mungkin. Pendekatan ini desebut animasi terbatas atau limited animation. Pembuatan film animasi tentu lebih mahal daripada film-film nonanimasi. Agar alur ceritanya terasa hidup, dialog digunakan secara maksimal. Sering kali animator harus menyesuaikan animasinya dengan dialog yang sudah direkam sebelumnya. Rekaman dialog itu harus utuh, alias tidak dapat lagi dimodifikasi. Jika dialog tersebut telah dipersiapkan dan direkam secara khusus untuk menghasilkan efek dramatis, maka panjang pendeknya jeda antarfrasa tidak mungkin diubah (mungkin bisa, namun sangat terbatas) tanpa menghancurkan efek dramatisnya. Dalam hal ini, isi dialog menentukan pengaturan waktu untuk bagian-bagian lain yang lebih panjang di film tersebut. (Meskipun demikian, keterbatasan alokasi waktu itu masih memungkinkan anda membuat rencana detail-detail pengaturan waktu yang fleksibel).
Sutradara mempunyai ruang yang cukup untuk mengutak-atik bagian-bagian film animasinya demi mendapatkan timing yang pas. Jika total durasi film animasi dikurangi total waktu untuk seluruh dialog, sisa waktu yang ada masih dapat dimanfaatkan untuk menampilkan aksi-aksi selain dialog. Sisa waktu itu lalu dibagi-bagi secara normal dan didistribusikan ke seluruh bagian yang memerlukannya sehingga menghasilkan efek terbaik.
Sutradara mempunyai ruang yang cukup untuk mengutak-atik bagian-bagian film animasinya demi mendapatkan timing yang pas. Jika total durasi film animasi dikurangi total waktu untuk seluruh dialog, sisa waktu yang ada masih dapat dimanfaatkan untuk menampilkan aksi-aksi selain dialog. Sisa waktu itu lalu dibagi-bagi secara normal dan didistribusikan ke seluruh bagian yang memerlukannya sehingga menghasilkan efek terbaik.
Prinsip umum Timing dalam animasi
"Keterbacaan" ide dalam film animasi ditentukan oleh dua faktor:
1. Tekhnik stagging dan layout yang bagus memungkinkan setiap adegan dan aksi yang penting dapat disajikan secara jelas dan efektif.
2. Pengaturan waktu atau timing yang efektif agar penonton memiliki waktu cukup untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi, menyaksikan aksi tersebut, dan bereaksi terhadap aksi itu. Jika waktu yang disediakan untuk hal-hal itu terlalu banyak, maka aksi atau adegan film akan terasa lambat dan konsentrasi penonton bisa terpecah. Sebaliknya, jika waktu yang dialokasikan tidak cukup, salah-salah akan ada gerakan atau aksi yang berlangsung dan selesai terlalu cepat sebelum penonton memahaminya, akibatnya ide yang dihadirkan menjadi sia-sia.
Untuk memahami kedua faktor tersebut dengan benar, anda harus mengerti cara berpikir para penonton. Seberapa cepat atau lambatkah mereka bereaksi? Berapa lama waktu mereka perlukan untuk mencerna suatu ide? Seberapa cepat mereka menjadi bosan? Semua itu memerlukan pengetahuan tentang cara manusia bereaksi ketika mereka menyimak suatu cerita. Perlu pula diingat bahwa reaksi masing-masign penonton tidak sama. Sebagai contoh, pengaturan waktu atau timing untuk film pendidikan anak-anak harus lebih lambat daripada film yang dikonsumsi oleh orang dewasa, yang mampu berpikir lebih cepat.
Animasi dapat digunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari hiburan, iklan, industri hingga pendidikan dan dapat disajikan dalam format pendek hingga format panjang seperti film-film feature. Selain itu, untuk setiap tipe animasi diperlukan teknik timing yang berbeda pula.
1. Tekhnik stagging dan layout yang bagus memungkinkan setiap adegan dan aksi yang penting dapat disajikan secara jelas dan efektif.
2. Pengaturan waktu atau timing yang efektif agar penonton memiliki waktu cukup untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi, menyaksikan aksi tersebut, dan bereaksi terhadap aksi itu. Jika waktu yang disediakan untuk hal-hal itu terlalu banyak, maka aksi atau adegan film akan terasa lambat dan konsentrasi penonton bisa terpecah. Sebaliknya, jika waktu yang dialokasikan tidak cukup, salah-salah akan ada gerakan atau aksi yang berlangsung dan selesai terlalu cepat sebelum penonton memahaminya, akibatnya ide yang dihadirkan menjadi sia-sia.
Untuk memahami kedua faktor tersebut dengan benar, anda harus mengerti cara berpikir para penonton. Seberapa cepat atau lambatkah mereka bereaksi? Berapa lama waktu mereka perlukan untuk mencerna suatu ide? Seberapa cepat mereka menjadi bosan? Semua itu memerlukan pengetahuan tentang cara manusia bereaksi ketika mereka menyimak suatu cerita. Perlu pula diingat bahwa reaksi masing-masign penonton tidak sama. Sebagai contoh, pengaturan waktu atau timing untuk film pendidikan anak-anak harus lebih lambat daripada film yang dikonsumsi oleh orang dewasa, yang mampu berpikir lebih cepat.
Animasi dapat digunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari hiburan, iklan, industri hingga pendidikan dan dapat disajikan dalam format pendek hingga format panjang seperti film-film feature. Selain itu, untuk setiap tipe animasi diperlukan teknik timing yang berbeda pula.
Langganan:
Postingan (Atom)